Berita

Sistem Grading Jalur Pendakian Resmi Diterapkan di TN dan TWA, Ini Tujuannya

Sistem Grading Jalur Pendakian Resmi Diterapkan di TN dan TWA, Ini Tujuannya. (ilustrasi Ft : Mz / sudara.id)

Jakarta, sudara.id – Dalam upaya meningkatkan keselamatan dan kelestarian lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) resmi menerapkan sistem grading atau klasifikasi tingkat kesulitan jalur pendakian di kawasan Taman Nasional (TN) dan Taman Wisata Alam (TWA) di seluruh Indonesia.

Dalam halaman webnya Kementerian Kehutanan.go.id termuat dengan maksud agar sistem ini hadir sebagai respons terhadap meningkatnya aktivitas pendakian gunung yang tidak hanya menyumbang pendapatan negara bukan pajak (PNBP), tetapi juga menimbulkan tantangan baru dalam hal risiko keselamatan dan potensi kerusakan lingkungan.

Dengan adanya sistem ini, setiap jalur pendakian akan diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitannya, menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk Control).

Penilaian dilakukan melalui enam dimensi utama, yakni morfologi jalur, aksesibilitas, iklim dan cuaca, navigasi dan orientasi, risiko dan respons darurat, serta faktor biologis seperti keberadaan satwa liar atau vegetasi beracun.

Pendakian Gunung Klabat Ditutup Sementara Pasca Insiden Tewasnya Seorang Pendaki

Penilaian tersebut menghasilkan skor total maksimal 36 poin yang dikategorikan ke dalam lima grade: Grade I (sangat mudah), Grade II (mudah), Grade III (menengah), Grade IV (berat), hingga Grade V (sangat berat).

Dari total 81 jalur pendakian yang telah dianalisis, mayoritas termasuk dalam Grade III atau kategori menengah. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar jalur pendakian di kawasan konservasi bukanlah jalur yang ringan dan membutuhkan persiapan fisik serta peralatan yang cukup.

Tiga jalur yang diklasifikasikan sebagai Grade V (sangat berat) antara lain Gunung Leuser (Blangkejeren), Carstensz Pyramid (Lembah Kuning), dan Trikora (Habema). Sementara itu, jalur pendakian yang populer seperti Rinjani, Semeru, dan Kerinci termasuk dalam Grade IV.

Jalur yang lebih bersahabat seperti Ijen, Papandayan, dan Batur berada di Grade II. Adapun jalur sangat mudah seperti Gunung Bromo (Pura-Puncak) masuk ke Grade I.

Pendaki Terjatuh di Jurang Gunung Klabat, Basarnas Sulut Berhasil Lakukan Evakuasi

Sistem digital bernama Indonesia Mountain Grade System (IMGS) juga dikembangkan untuk memudahkan pengelola dalam melakukan penilaian jalur secara objektif dan terstandar.

Hasil grading ini menjadi acuan dalam penyusunan SOP keselamatan, pengaturan rasio pemandu dan pendaki, penentuan level asuransi dan perlengkapan, serta edukasi risiko kepada para pendaki.

KLHK berharap sistem ini tidak hanya menjadi pedoman teknis bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) dalam mengelola pendakian, tetapi juga meningkatkan kesadaran pendaki akan pentingnya persiapan, keselamatan, dan pelestarian lingkungan.

Dengan pendekatan ilmiah dan berbasis risiko, pendakian gunung di Indonesia diharapkan dapat berlangsung secara aman, tertib, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Mz

Exit mobile version