Minahasa Utara, SUDARA.ID – Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sari Hutan Abadi Pinilih di Kecamatan Dimembe, Minahasa Utara, turut serta dalam gerakan menekan Inflasi di daerah dengan melepas panen cabai rawit mereka ke pasar murah, sebagai bentuk respon atas permintaan Gubernur Sulut Yulius Selvanus, agar semua pihak, termasuk para petani, bersama-sama menjaga kestabilan harga pangan untuk menekan inflasi selama bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri 1446.
Hari ini, P4S Sari Hutan Abadi melepas 200 kilogram (kg) hasil panen cabai rawit mereka untuk untuk dipasarkan di Pasar Murah TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara (Pemkab Minut).
“Saya kasih mereka 200 kg dengan harga Rp.65.000, walaupun harga pengambilan di petani hari ini Rp.75.000 per kilo, untuk mendukung Pemerintah Kabupaten dan Provinsi membantu masyarakat, menekan Inflasi dari Sektor Cabai Rawit,” kata Ketua P4S Sari Hutan Abadi Pinilih, Adma Sentosa Tarigan.
Hal ini disampaikan Tarigan, saat Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura Dinas Pertanian, Hopni Mangapeng SP, bersama Dinas Perdagangan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara (Pemkab Minut), datang untuk menjemput langsung hasil panen cabe rawit tersebut dari lahan P4S Sari Hutan Abadi, yang berlokasi di Desa Pinilih, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Sabtu (15/3/2025).
Dukungan ini bukannya tanpa alasan, Adma Tarigan mengungkapkan, “Sebagai Petani yang tergabung dalam komunitas Petani Andalan Sulawesi Utara (PATUA), Binaan Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara, kami memiliki komitmen bersama TPIP dan TPID untuk berkontribusi disaat harga cabe rawit tinggi di pasar, seperti di saat hari-hari besar keagamaan, Idul Fitri dan Natal Tahun Baru, dalam Operasi Pasar Murah,” aku Tarigan.
Bahkan, Dirinya juga mengungkapkan, bahwa hal ini telah dituangkan dalam bentuk nota kesepakatan-MOU bersama untuk menjaga kestabilan harga dalam menekan inflasi di Sulawesi Utara.
“Sebagai Petani Andalan Sulawesi Utara (PATUA), Binaan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara, dari sisi hulunya di sektor komoditi cabe rawit dan sudah menandatangani MOU bersama Bank Indonesia (BI), TPIP dan TPID di semua Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara di Bulan Februari 2024 yang lalu di Malang, Jawa Timur (Jatim),” ungkap Tarigan.
Nota kesepakatan antara Pemerintah bersama dengan para petani cabai rawit ini menjadi krusial, mengingat cabai rawit merupakan salah satu komoditi pangan penyumbang inflasi di daerah.
“Mengingat Cabe Rawit sebagai salah satu komoditi yang bisa menyumbang terjadinya Inflasi di daerah, untuk alasan itu kami Ikut dalam Gerakan Menekan Inflasi di Daerah,” ujar Tarigan.
Sebelumnya, saat gelar program Gerakan Pangan Murah (GPM) Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Pemprov Sulut) (7/3) akhir pekan lalu di Kota Manado, Gubernur Sulut Yulius Selvanus menyampaikan, bahwa saat ini Pemerintah Provinsi tengah fokus menjaga stabilitas dan ketahanan pangan, sekaligus mengantisipasi inflasi.
“Kalau kebutuhan dan jasa meningkat, ini akan membahayakan yang lain. Maka kita pemerintah tampil, akan menjaga dan merawat supaya harga dan kebutuhan jelang Idul Fitri 1446 Hijriah tetap terpelihara dan terjaga,” ucap Gubernur.
“Harga cabe di Jawa, itu semua meningkat. Jadi kalau di Sulawesi Utara bisa bertahan di harga Rp. 80.000 dipasaran, tolong kalau bisa turun lagi kepada para pedagang, karena yang panen kita juga, petaninya kita juga,” lontar Gubernur saat itu.
Diinformasikan, bahwa Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Sari Hutan Abadi, yang saat ini tengah fokus melakukan pengembangan tananam cabai rawit dengan sistem pertanian modern dengan pola rotasi tanam, dimana ada beberapa bagian yang sedang panen, sebagian dalam proses berbuah, dan sebagian lagi dalam proses penanaman, sehingga kegiatan pertanian bisa terus berkelanjutan dan tidak pernah terputus.
P4S Sari Hutan Abadi juga berpengalaman dalam pemilihan benih, dan juga dalam mempersiapkan benih mandiri, melalui penerapan serta pengaplikasian Smart Green House (SSGH Farming, dengan instalasi peralatan drip irrigation berbasis IoT (Internet of Things), teknologi yang memungkinkan pemantauan dan pengendalian kondisi lingkungan tanaman secara real-time, serta memudahkan pemeliharaan serta optimalisasi pertumbuhan tanaman meski dengan sumber daya terbatas.
“Hari ini sudah panen ke-9, hasil sudah 400 kg perminggu,” pungkas Adma Tarigan yang saat ini tengah mengelola 12.000 dari 30.000 pohon cabai rawit yang jadi target penanamannya tahun ini.