Scroll untuk baca artikel
Example 360x360
Example 728x250
Berita

Jambore Jurnalistik 2025: Suara Lingkungan Menggema dari Pesisir Manado

×

Jambore Jurnalistik 2025: Suara Lingkungan Menggema dari Pesisir Manado

Sebarkan artikel ini
Jambore Jurnalistik 2025: Suara Lingkungan Menggema dari Pesisir Manado. (Ft irz sudara.id)
Example 468x60

Manado, sudara.id – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti kawasan pesisir Manado Utara dalam gelaran Jambore Jurnalistik 2025 yang mengusung tema “Selamatkan Pesisir, Selamatkan Ruang Hidup Kita”.

Acara ini menjadi ruang bertemunya jurnalis, masyarakat pesisir, akademisi, dan aktivis lingkungan dalam satu panggung kepedulian terhadap krisis ekologi di wilayah pesisir.

Example 300x600

Kegiatan utama berupa Diskusi Publik bertajuk “Reklamasi dan Masa Depan Pesisir Manado: Siapa Diuntungkan, Siapa Tergusur?”, menghadirkan Kabid Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Manado, Eddy Masengi, akademisi Unsrat dan peneliti lingkungan Prof. Dr. Rignolda Djamaluddin, M.Sc, serta Ketua Umum Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ), Joni Aswira.

Diskusi dimoderatori oleh Koordinator SIEJ Sulut, Finda Morina.

Dalam diskusi itu, Joni Aswira menekankan pentingnya peran jurnalis dalam mengawal isu-isu eksploitasi lingkungan dengan sudut pandang yang adil bagi ekologi dan masyarakat.

Jambore Jurnalistik 2025: Joni Aswira Dorong Jurnalis Kawal Reklamasi dari Perspektif Lingkungan dan Sosial

“Jurnalisme lingkungan harus hadir untuk menyeimbangkan narasi-narasi ekonomi yang kerap menyingkirkan kelompok rentan seperti nelayan,” ujarnya.

Sementara Prof. Rignolda Djamaluddin memberikan kritik keras terhadap proyek reklamasi Manado Utara.

Ia menyebut reklamasi sebagai tindakan “gila” yang melanggar berbagai regulasi dan mengancam ekosistem laut, termasuk habitat penyu dan Taman Laut Nasional Bunaken.

Baca juga:   Alfamidi dan AJI Manado Bersihkan Sampah di Pantai Bitung Karangria untuk Hari Peduli Sampah Nasional

“Reklamasi pantai Manado Utara adalah hal gila,” tegas Rignolda.

Ia menjelaskan bahwa secara hukum, wilayah tersebut tidak layak direklamasi karena dilindungi oleh beberapa kebijakan resmi, seperti Perda 1 tahun 2017 tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

SIEJ Sulut Gelar Jambore Jurnalistik di Pantai Karangria Manado, Soroti Ancaman Reklamasi

“Di Pantai Karangria ada penyu yang menetas. Dan dalam perda disebutkan bahwa daerah imigrasi biota laut tidak bisa direklamasi. Tapi aturan ini diabaikan,” ujarnya.

Selain aspek hukum, dari sisi teknis dan lingkungan, Rignolda menyebut reklamasi Manado Utara tidak masuk akal.

Ia menjelaskan bahwa struktur laut di kawasan tersebut adalah jurang laut dalam, yang secara teknis tidak memungkinkan untuk dilakukan penimbunan.

Belum lagi ancaman akan keberlangsungan Taman Laut Nasional Bunaken, salah satu kawasan konservasi laut paling terkenal di Indonesia.

“Melakukan reklamasi di Manado Utara adalah sama saja merusak biota laut di taman nasional kita sendiri,” katanya.

SIEJ Bekali Jurnalis Liputan Investigasi Proyek Infrastruktur Strategis, Fokus pada Dampak Lingkungan

Ia juga menyinggung sejarah panjang reklamasi di Manado yang sudah berlangsung sejak tahun 1995 dan berdampak buruk terhadap mata pencaharian nelayan.

Baca juga:   SIEJ Simpul Sulut Gelar Petisi Tolak Reklamasi Pantai Manado

“Pantai bagian selatan sudah direklamasi dan banyak yang tidak dimanfaatkan. Mereka melakukan reklamasi tanpa tujuan dan konsep yang jelas,” ungkapnya.

Dari sisi pemerintah, Eddy Masengi menjelaskan bahwa pembangunan harus dijalankan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, di mana aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi diperhatikan secara berimbang.

Ia menegaskan bahwa regulasi seperti AMDAL dan RZWP3K menjadi prasyarat penting sebelum proyek bisa dijalankan.

“Regulasi ada untuk menjaga kepentingan bersama, bukan menghambat,” katanya.

NgoPi SIEJ Sulut, Manado Alami Krisis Air Tanah

Ekspresi Perlawanan: Seni, Orasi, dan Suara Akar Rumput

Tak hanya diskusi, Jambore Jurnalistik 2025 juga diperkaya dengan beragam kegiatan seni dan aksi masyarakat.

Masyarakat pesisir, aktivis, serta pelajar tampil membacakan puisi, memainkan lagu akustik bertema laut, hingga melukis mural di dinding-dinding daseng, tempat pertemuan para nelayan tradisional.

Dalam sesi penyampaian aspirasi, sejumlah warga mengungkapkan kekhawatiran dan pengalaman mereka menghadapi dampak reklamasi.

“Pemerintah selama bertahun-tahun, mengabaikan suara masyarakat. Reklamasi ini dibuat tanpa ada partisipasi masyarakat. Dan sampai sekarang pun kami belum pernah melihat kajian AMDAL nya seperti apa,” ujar Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Peduli Lingkungan Tolak Reklamasi (AMPLTR), Piter Sasundame.

Baca juga:   NgoPi SIEJ Sulut, Manado Alami Krisis Air Tanah

Ketua SIEJ: Green Press Community Berpotensi Mendorong Kolaborasi Atasi Perubahan Iklim

Menurut Piter, pembangunan reklamasi tidak memberi jaminan bagi kesejahteraan masyarakat nelayan.

“Abulepo (bohong, red) semua,” sebut Piter dengan dialeg Manado.

Sebagai bagian dari penguatan pemahaman dan refleksi bersama, Jambore juga menggelar nonton bareng film dokumenter “Watchdog: Memunggungi Laut”.

Film ini menggambarkan bagaimana proyek-proyek reklamasi di berbagai daerah Indonesia telah berdampak buruk terhadap masyarakat pesisir dan lingkungan.

Praktisi Ungkap Alasan Isu Lingkungan Jarang Terekspos Media

Suasana sunyi dan haru menyelimuti sesi pemutaran film.

Banyak peserta yang terdiam setelah menyaksikan kisah-kisah nyata di balik janji-janji pembangunan yang justru menyingkirkan warga dari tanah dan laut mereka sendiri.

“Film ini seperti cermin bagi kami. Yang kami alami di Manado, ternyata juga terjadi di banyak tempat lain,” kata sejumlah anggota OI dan Kontras, yang ikut ambil bagian dalam kegiatan Jambore.

Penutupan rangkaian kegiatan Jambore Jurnalistik 2025, dilakukan dengan penyusunan dan tanda tangan petisi menolak reklamasi di Pantai Manado, yang diikut komunitas jurnalis, seniman dan masyarakat lokal. Mz

Example 300250
Example 120x600
Example 300250 Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *