Manado, SUDARA.ID – Stasiun Metereologi Sam Ratulangi Manado, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan himbauan “Waspada” kepada masyarakat dan Pemerintah di Sulawesi Utara terkait potensi bencana banjir, longsor maupun pohon tumbang selama periode tanggal 11-14 Maret 2025.
Berdasarkan pantauan kondisi dinamika atmosfer, kombinasi fenomena atmosfer disinyalir akan membentuk kondisi atmosfer yang mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi yang lama, disertai kilat/petir dan angin kencang meliputi area wilayah Manado, Bitung, Tomohon, Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Bolmong, Bolmong Utara, Bolmong Selatan, Kep. Sitaro, dan Kep. Talaud.
“Kami menghimbau masyarakat dan pemerintah di Sulawesi Utara agar tetap WASPADA terhadap hujan dengan intensitas sedang-lebat disertai kilat/petir dan angin kencang sebagai tindakan antisipasi bencana hidrometeorologi (genangan air, banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang) terlebih khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir.” dikutip dari flyer Himbauan BMKG Manado tertanggal 11 Maret 2025.
Bencana hidrometeorologi sendiri merupakan suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Bencana hidrometeorologi disebabkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembapan.
Peringatan ini disampaikan BMKG mengingat terjadinya berbagai fenomena atmosfer yang mempengaruhi kondisi cuaca diberbagai wilayah Sulawesi Utara, dengan kombinasi fenomena sebagai berikut,
Pertama, Nilai anomali OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang menunjukkan anomali negatif dan spasial Gelombang Low Ekuatorial yang cenderung persisten bergerak melintasi wilayah Sulawesi Utara turut memperkuat peningkatan aktivitas konvektif.
Kedua, Faktor penunjang lain yaitu potensi terbentuknya pola belokan angin (shearline) dan pertemuan massa udara (konvergensi), kondisi lokal akibat labilitas atmosfer dalam kondisi labil dan kelembaban udara yang tinggi hingga lapisan atas mendukung pertumbuhan awan-awan hujan menjadi semakin intens.
Perkembangan terkait kondisi cuaca ekstrem ini akan terus dipantau dan diinformasikan oleh BMKG, agar mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya bencana.