Scroll untuk baca artikel
Example 360x360
Example 728x250
BeritaManadoSosial

Festival “Reklamasi Bukan Solusi” digelar di Pantai Karangria Manado

1671
×

Festival “Reklamasi Bukan Solusi” digelar di Pantai Karangria Manado

Sebarkan artikel ini
Hela Soma Dampar pada Festival Panggung Rakyat, "Reklamasi Bukan Solusi". (Foto: SUDARA.ID)
Hela Soma Dampar pada Festival Panggung Rakyat, "Reklamasi Bukan Solusi". (Foto: SUDARA.ID)
Example 468x60

Manado, SUDARA.ID – Festival Panggung Rakyat dengan tema, “Reklamasi Bukan Solusi” digelar dalam berbagai bentuk pentas seni di Daseng Karangria, Kota Manado, Sabtu (13/7/2024).

“Kami berdiri tolak reklamasi, belajar bersama alam, belajar tuk mengenal mahluk, belajar tuk mengenal laut, belajar tuk mengenal ikan, belajar untuk menjaganya, laut butuh cinta”, itu adalah penggalan-penggalan bait lagu berbalut makna yang dinyanyikan para aktivis lingkungan yang menolak reklamasi di pantai utara Kota Manado.

Example 300x600

Selain akustik, aksi teatrikal, puisi, stand up comedy dan panggung boneka anak dari Suara Pulau membuat Festival ini semakin berwarna.

Belum lagi atraksi cakalele tarian Hasa yang sudah menjadi tarian khas masyarakat Karangria untuk menari dipinggir pantai menjadi bagian dari pagelaran Festival ini.

Ketua Panitia Festival Tolak Reklamasi, Septian Adeputra mengatakan, “Masyarakat pesisir dan Kepulauan itu membuat suatu Festival yang didalamnya ada beberapa kegiatan, lomba mancing, puisi, theater dan akustik dengan panggung boneka yang didukung oleh masyarakat sekitar,” ucapnya saat diwawancarai awak media di lokasi.

Baca juga:   Diskusi Publik: Mewujudkan Pilkada Serentak 2024 yang Aman, Damai, dan Berintegritas di Manado

“Yang terlibat disini teman-teman organisasi mahasiswa dengan ada beberapa Komunitas juga.Harapan kami agar supaya Reklamasi ini tidak ada, karena kita disini untuk menjaga kelestarian alam. Dibilang disini tak ada terumbu karang, dan kita keras menolak tentang hal itu,” ungkapnya.

Ketua Panitia Festival Tolak Reklamasi, Septian Adeputra. (Foto: SUDARA.ID)

Sementara itu dilokasi yang sama, Masyarakat dan pegiatan pariwisata Karangria, Restin Bangsuil mengatakan, “Sebagai masyarakat pesisir, saya menyikapi reklamasi itu sangat tidak baik, apalagi kami masyarakat pesisir itu berlandaskan hidup di laut dan kebanyakan dari nelayan-nelayan dan saya selaku orang yang benar-benar menolak reklamasi dan saya juga adalah pegiat pariwisata untuk pantai Karangria, sangat tidak menerima akan segala kegiatan tentang Reklamasi, karena reklamasi mempunyai dampak yang sangat tidak baik, dan Reklamasi itu sangat membunuh ruang hidup para nelayan dan masyarakat pesisir,” ucap Restin.

“Selaku masyarakat, kalaupun pemerintah ngotot untuk adakan reklamasi, kami akan tetap berdiri berjuang tolak reklamasi, tak ada kata mundur dari masyarakat. Karena itu adalah hal yang sangat penting memperjuangkan alam ciptaan Tuhan. Tidak ada kata sepakat dengan reklamasi,” serunya.

Baca juga:   Puncak Road to FPSL 2023: Hiburan Spektakuler Memukau di Atrium Mega Mall Kota Manado

“Untuk sikap pemerintah sampai hari ini, kalau dilihat lebih memaksakan ke masyarakat harus mengiyakan tentang reklamasi. Banyak hal yang ditemukan dilapangan, mereka menyuruh Kepala Lingkungan untuk memintai tanda tangan ke masyarakat untuk mendukung reklamasi. Jadi kami masyarakat hanya menghimbau untuk pemerintah. Kami tidak mau berperkara dengan pemerintah, tapi kami melakukan hal yang dimana, kalau pemerintah salah, kami harus wajib menegur. Tolak Reklamasi!” ucapnya lantang.

Pegiatan pariwisata Karangria, Restin Bangsuil. (Foto: SUDARA.ID)

Aksi selanjutnya adalah Hela soma dampar (penarikan jaring ikan) yang dilakukan oleh masyarakat nelayan sekitar, untuk membuktikan masih terdapatnya populasi ikan disekitar pantai Karangria sebagai habitat hidup di Teluk Manado.

Terlihat euforia masyarakat saat soma tersebut menyentuh bibir pantai dengan berbagai jenis ikan yang terjaring di jala soma.

Ikan yang masih kecil segera kembali dilarung ke laut dan ikan lainnya di bagikan kepada masyarakat sekitar untuk di konsumsi.

Baca juga:   Ganja 3 Kg dari Makassar Gagal Beredar Di Manado Usai Diamankan Polisi

Terkait Hela Soma Dampar ini, salah seorang masyarakat sekitar, Piter Sasundame mengatakan, “Kalau dalam sebutan lokal ini Soma dampar, jadi jaring yang di lepas dari ujung satu ke sebelahnya, baru ditarik bersamaan dari kedua ujungnya sampai ke arah pantai. Mengapa menggunakan kata dampar, karena tiap aliran air yang membawa sesuatu sampai ketitik paling darat itu disebut terdampar. Saya sudah 58 tahun, saya anak-anak saja itu sudah berlangsung. Dan setelah ditanya dari leluhur mereka juga sudah ada. Jadi karena disini konturnya berpasir, soma dampar ini paling cocok,” jelas Sasundame.

Festival Suara Masyarakat Pesisir dan Kepulauan Manado, 13 Juli 2024 di Daseng Karangria ini diselenggarakan untuk mengenalkan kedekatan masyarakat dengan pantai sekaligus wadah panggung rakyat untuk mengekspresikan keresahan akan isu reklamasi pantai utara Kota Manado.

Example 300250 Example 300250 Example 300250
Example 120x600
Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *