Manado, sudara.id – Dalam rangka menyambut HUT ke-23, Kelompok Muda Pecinta Alam (KMPA) Tansa mengadakan kegiatan pembersihan sampah di Kawasan Hutan Mangrove Batu Hitam, Kecamatan Bunaken Darat, Kota Manado, Sabtu (8/03/2025).
Kegiatan ini mengusung tema “Roads To 23 Tahun KMPA Tansa: Tindakan Antusias Simpati Alam” dan merupakan bagian dari agenda konservasi untuk menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan.
Aldi Mandagi, salah satu anggota KMPA Tansa, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan untuk melindungi ekosistem mangrove.
“Menuju HUT ke-23 KMPA Tansa, kami akan terus melakukan berbagai program konservasi. Kemarin, kami membersihkan sampah yang menempel di dahan hingga daun mangrove,” ujar Aldi saat diwawancarai oleh media, Minggu (9/03/2025).
Aldi menekankan bahwa jika sampah tidak dibersihkan, hal tersebut dapat mengancam pertumbuhan mangrove dan ekosistem sekitarnya.
“Sampah yang tidak dibersihkan dapat terbawa ke laut dan mengancam terumbu karang, serta berpotensi menjadi microplastik yang membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi ikan,” jelasnya.
Mangrove dan Peran Pentingnya dalam Perubahan Iklim
Aldi juga menjelaskan pentingnya menjaga dan melestarikan hutan mangrove, terutama dalam konteks perubahan iklim.
“Hutan mangrove memiliki peran penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer, yang membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, mangrove juga melindungi kawasan pesisir dari bencana alam seperti badai dan gelombang pasang,” ujar mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Polimdo tersebut.
Indonesia, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, menghadapi berbagai ancaman seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, dan kebakaran hutan.
Hal ini pernah disampaikan oleh Dirjen SDA, Iwan Nursyirman, dalam Konferensi Perubahan Iklim (UN Climate Change Conference 2007) di Nusa Dua, Bali.
Bahkan, dalam Pertemuan Nasional Result Based Payment (RBP) REDD+ Tahun 2024, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani, menyinggung soal krisis iklim yang dapat melanda Indonesia, termasuk polusi udara, krisis air, pemanasan global, dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Sampah yang Ditemukan dan Dampaknya
Selama kegiatan pembersihan, KMPA Tansa menemukan berbagai jenis sampah, seperti plastik kresek, jaring senar bekas nelayan, karung, dan kulit snack.
“Sampah-sampah ini jika tidak dibersihkan dapat mempercepat kematian mangrove dan mengancam ekosistem laut secara luas, termasuk terumbu karang, populasi fitoplankton, dan burung laut,” terang Aldi.
Tim berhasil mengumpulkan sampah sebanyak dua trashbag besar, yang kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumompo.
“Sampah yang kami kumpulkan tidak dapat didaur ulang, jadi langsung kami bawa ke TPA,” tambah Aldi.
Dirinya mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah dari rumah.
“Sampah sebenarnya memiliki nilai ekonomi jika dikelola dengan baik. Misalnya, botol plastik, kardus bekas, dan sisa makanan bisa dijual kembali atau dimanfaatkan untuk keperluan lain,” ujar Aldi.
Kegiatan Berkelanjutan
Sekretaris KMPA Tansa Sulut, Kristi Katiandagho, menambahkan bahwa kegiatan ini seharusnya dilaksanakan bulan lalu dalam rangka Hari Sampah, namun tertunda dan baru bisa dilakukan pada Sabtu kemarin.
“Kegiatan penanaman dan pembersihan mangrove ini sudah sering kami lakukan. Yang penting adalah tindak lanjutnya, seperti monitoring dan pembersihan berkelanjutan,” pungkas Kristi.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, khususnya hutan mangrove, yang memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mengurangi dampak perubahan iklim. Mz