Manado, Sudara.id – Kuliah Umum bertema “Satu Dekade Perjalanan Politik Luar Negeri Indonesia” yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Selasa (20/8/2024), menarik perhatian mahasiswa dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado. Kegiatan yang diikuti serentak oleh peserta dari 38 provinsi ini menjadi ajang penting bagi mahasiswa untuk memahami dinamika politik luar negeri Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Di Unsrat, acara ini dibuka secara resmi oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol), Ferry Daud Liando, dan berlangsung di Aula Gedung Rektorat. Dalam sambutannya, Ferry menyampaikan antusiasmenya terhadap acara ini, yang dinilai dapat memberikan kontribusi signifikan bagi kampus dan para mahasiswa.
“Saya menyambut baik kegiatan ini karena akan banyak kontribusi bagi Unsrat,” ujar Ferry Liando.
Ia menekankan bahwa saat ini masih jarang mahasiswa yang tertarik meneliti politik luar negeri, di mana banyak dari mereka lebih terfokus pada isu-isu lokal.
“Mudah-mudahan lewat forum ini Pak Siregar, diprovokasilah adik-adik mahasiswa biar mereka tertarik menyusun skripsi tentang ini,” tambahnya.
Untuk mendukung minat tersebut, Fakultas Fisipol juga telah membentuk tim pusat studi bahasa asing, guna meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa. “Kami mendorong pengembangan talenta mahasiswa karena kemampuan berbahasa inggris yang baik bisa mendorong keinginan mahasiswa untuk membuat karya ilmiah tentang politik luar negeri,” tandasnya.
Dalam kuliah umum ini, Tim Kementerian Luar Negeri (Kemlu) yang hadir dipimpin oleh Konsul Jenderal (Konjen) RI di Houston, Andre Omar Siregar. Siregar secara khusus menyampaikan poin-poin penting terkait langkah politik Kemlu selama satu dekade terakhir. Ia menekankan posisi strategis Manado yang berbatasan dengan banyak negara, serta peran mahasiswa sebagai ujung tombak dalam menghadapi tantangan global.
Mengutip pandangan Menlu Retno, Siregar menyatakan bahwa hukum internasional kerap kali tidak adil dan lebih memihak kepada pihak yang berkuasa. “Hukum internasional memilih siapa yang berkuasa, bagi yang lemah hanya akan jadi pengikut,” tegasnya.
Siregar juga membahas bagaimana politik luar negeri Indonesia mengalami perubahan signifikan sejak 2014, dengan kondisi global yang semakin kompleks akibat perseteruan negara-negara besar. Namun demikian, ia menegaskan bahwa Kemlu tetap berpegang pada prinsip bebas aktif, menjaga kepentingan Indonesia tanpa memilih pihak.
“Prinsip bebas aktif artinya kita tidak bisa memilih, kita gandeng semua. Namun kalau ada yang mau macam-macam, kita tegas. Itu sesuai mandat konstitusi,” jelasnya.
Menutup kuliah umum, Siregar menyampaikan pesan kepada mahasiswa untuk selalu memiliki strategi, baik dalam menyelesaikan studi maupun mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Menlu Retno Marsudi juga selalu mendorong diplomasi ekonomi yang berorientasi pada pemberdayaan generasi muda menjadi wirausaha, serta perlindungan dan kedaulatan diplomasi yang terus diperkuat dengan kehadiran diplomat-diplomat muda.
Kuliah umum ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa Unsrat untuk semakin terbuka terhadap isu-isu global dan berperan aktif dalam politik luar negeri Indonesia di masa depan. (*/AMG)