Bitung, SUDARA.ID – Madrasah Aliyah (MA) Alkhairaat Bitung mengundang Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Bitung, untuk memberi pembekalan literasi digital tentang, “Cara Bermedsos yang Baik” kepada para peserta didik, murid baru tahun ajaran 2025/2026, yang mengikuti Masa Ta’aruf Siswa Madrasah (Matsama) di Aula MA Alkhairaat, Rabu (16/7/2025)
Kegiatan dibuka oleh Kepala Sekolah MA Alkhairaat Kota Bitung, Nirmala Sarib, yang telah mengemas kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dengan menyentuh langsung sisi kehidupan sosial para murid baru yang masih berusia remaja sebagai materi pembinaan mental dan pembentukan karakter.
Sementara dari narasumber sendiri, Ketua PWI Bitung, Muaz Taizar Basalamah, menugaskan jurnalis senior, Arham Licin (Journal Telegraf) bersama Ridho Lumban Tobing (SUDARA.ID), untuk memberikan materi mengenai etika dan tanggung jawab dalam bermedia sosial kepada para peserta Matsama.
Arham Licin memulai sesi materi dengan menjelaskan berbagai aspek penting tentang cara bermedia sosial (bermedsos) yang baik, seperti bagaimana menggunakan media sosial untuk hal yang positif, melalui unggahan-unggahan informasi yang bermanfaat sebagai inspirasi dan motivasi.
Arham juga membahas tentang bagaimana para siswa dapat menjaga privasi keamanan data, dan etika berkomunikasi di media sosial, termasuk bagaimana para siswa dapat dengan bijak menyikapi berbagai informasi yang berseliweran di medsos, yang kebenarannya masih harus dipastikan terlebih dahulu, sebelum ditanggapi ataupun dibagikan, mengingat banyaknya informasi hoaks.
Pemaparan atas aspek-aspek krusial tersebut diperkuat pembicara selanjutnya dengan menggugah sisi psikis para peserta.
Ido sebagaimana komunitas jurnalis menyapa Ridho Tobing, membuka sesi materinya dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif, seperti salah satu diantaranya, apa tujuan mengunggah konten di medsos? Menurut kamu, seberapa penting menjadi terkenal dan populer di media sosial?
Pertanyaan ini diajukan, mengingat banyak orang yang mau terkenal dan populer, atau yang sering disebut dengan istilah “Pansos” (Panjat Sosial) di media sosial, rela melakukan hal-hal yang berbahaya, konyol bahkan senonoh, hanya demi konten untuk menarik banyak follower atau like, atau mengunggah sesuatu yang mengganggu kenyamanan privasi seseorang, demi menarik antusias netizen.
“Tidak salah kalau kalian mau punya reputasi yang baik atau bahkan disukai oleh banyak orang. Tapi ketika kalian ingin jadi terkenal, populer di medsos, dengan followers dan like yang banyak, dan unggahan konten yang berisiko seperti itu, ini bisa berbahaya buat adik-adik,” ucap Ido.
“Nama baik lebih berharga daripada harta yang berlimpah. Kita tidak hanya menyandang nama bagi diri kita sendiri, ada nama keluarga (fam/marga), nama sekolah, nama lingkungan tempat tinggal, dan agama, yang melekat diri kita sekalian,” gugah Ido.
“Jadi, ketika akan memposting foto ataupun video, pikirkan, apa dampaknya konten tersebut pada kalian, keluarga, dan lingkungan termasuk sekolah dimana kita mengenyam pendidikan,” kunci Ido.
Selain sesi materi, kegiatan ini juga membuka ruang bagi para peserta Matsama untuk berdialog, melalui sesi tanya jawab.
Menurut Kepala MA Alkhairaat, Nirmala Sarib, penguasaan literasi digital penting bagi para peserta didik, tidak hanya cakap secara akademik, tetapi juga menjadi warga digital yang cerdas dan beretika.
“Media sosial adalah pedang bermata dua. Ia bisa menjadi alat yang sangat bermanfaat untuk belajar, berkreasi, dan bersosialisasi, namun juga bisa menimbulkan dampak negatif jika tidak digunakan dengan bijak. Oleh karena itu, pembekalan ini sangat krusial bagi anak-anak kami,” aku Nirmala.
Nirmala berharap, edukasi kolaboratif bersama PWI tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab ini, bisa menjadi bekal para siswa baru dalam memulai perjalanan pendidikan mereka sebagai warga MA Alkhairaat Kota Bitung.