Sitaro, sudara.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan sejarah dampak Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) Sulawesi Utara (Sulut) pernah sebabkan Tsunami setinggi 20 Meter. Setidaknya 400 orang menjadi korban dalam kejadian tersebut.
Dalam rapat virtual antara BNPB dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada hari Kamis (18/4) sekitar pukul 00.30 Wita dinihari, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB Abdul Muhari mengisahkan kejadian meletusnya Gunung Ruang di Sitaro pada tahun 1871. Dirinya menilai hal ini perlu diceritakan untuk mempelajari mitigasi bila terjadi kejadian yang sama.
“Kita melihat kondisi masa lalu untuk menyiapkan mitigasi dimasa depan untuk bencana serupa,” kata Muhari.
Muhari menceritakan kejadian tersebut saat Gunung Ruang meletus pada tahun 187I sebagaimana dirilis soloviev tahun 1947. Dalam kejadian ditahun itu, dampak dari letusan Gunung Ruang sempat membuat Tsunami setinggi 20 Meter dan setidaknya terdapat 400 korban.
“Di 1871 itu meskipun secara kuantitatif tidak ada data secara saintifik yang mengukir ketinggian Tsunami tetapi dari jejak-jejak yang ada dari katalog Tsunami yang disampaikan oleh soloviev 1974 itu tinggi tsunami berkisar 5 sampai mencapai 20 meter dengan jumlah korban setidaknya 400 orang,” ungkap Muhari.
Tidak hanya Muhari dalam kesempatan tersebut bercerita tentang riwayat dari Gunung Ruang di Sitaro. Kepala PVMBG Hendra Gunawan juga menuturkan Gunung Ruang salah satu Gunung yang sudah diprediksi, hal itu kata H endra karena Gunung Ruang tidak memiliki siklus tetap saat terjadi erupsi.
“Yang perlu digaris bawahi ininadalah sejarah gunung ruang cukup rumit karena tidak ada waktu pasti dan berubah-ubah hanya yang sama terjadi erupsi eksplosif, awan panas dan Tsunami,” tungkasnya.
Meski sulit untuk diprediksi dampak Gunung Ruang saat erupsi. Namun ada beberapa dampak yang sama setiap kali Gunung Ruang meletus seperti Abu Vulkanik, awan panas dan Tsunami.
“Perlu digaris bawahi ini dalah sejarah gunung ruang cukup rumit karena tidak ada waktu pasti dan berubah-ubah hanya yang sama terjadi erupsi eksplosif, awan panas dan Tsunami,” terangnya.
Selain dampak saat erupsi, ternyata meletusnya Gunung Ruang menjadi sebab Gunung tersebut terpisah dari pulau Tagulandang yang kini pulau yang terdapat Gunung Ruang disebut juga Pulau Ruang. Sebab retakan sehingga terpisah menjadi dua pulau kata Hendra karena awan panas yang memasuki laut sehingga terjadi gunjangan dan pergeseran menjadi dua Pulau.
“Selain dampak tersebut, bagaimana awan panas yang masuk ke laut dan memisahkan pulau ruang (terdapat gunung Ruang) dan pulau Tagulandang dalam sejarahnya cukup banyak makan korban akibat dari letusan itu sendiri dan dari Tsunami,” jelasnya.
Mempelajari sejarah dari Gunung Ruang maka Hendra menyarankan agar secepatnya masyarakat dievakuasi melewati Radius 6 KM untuk menghindari dampak dari Gunung Ruang yang pada Rabu (17/4) pukul 21.00 Wita berstatus Awas (Level IV) hingga saat ini.
“Ini perlu digaris bawahi dimana masyarakat harus segera dievakuasi terutama yang ada di pantai barat pulau Tagulandang untuk menghindari baik itu Tsunami maupun awan panas. Jaraknya rekomendasi 6 KM,” jelasnya.
“Ini mudah-mudah dengan adanya tindakan evakuasi ini kita berharap tidak adanya korban luka maupun korban jiwa,” tutup Hendra.