Manado, SUDARA.ID – Cedera saat berolahraga kerap kali menjadi kendala bagi para atlet maupun para pencinta olahraga.
Saat ini, untuk menjaga kebugaran fisik, olahraga jalan sehat, fun-run (lari) dan marathon paling banyak diminati oleh masyarakat muda bahkan bagi para usia lanjut.
Meskipun jenis olahraga ini sering dianggap praktis, karena bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja, serta menawarkan berbagai manfaat kesehatan secara fisik maupun mental, namun aktivitas ini tidak lepas dari resiko cedera yang bisa terjadi kapan saja saat sedang berolahraga.
Siloam Hospitals Manado, sebagai salah satu rumah sakit dengan pusat layanan ortopedi terkemuka, telah menerapkan strategi multidisiplin dalam menangani cedera olahraga.
Tim medis yang terdiri dari berbagai spesialis, mulai dari tim bedah ortopedi, spesialis kedokteran olahraga, spesialis rehabilitasi medik dan fisioterapi, serta nutrisi, bekerja sama secara kolaboratif untuk memastikan pemulihan yang cepat dan efektif bagi para pasien.
Pada kesempatan ini, Siloam Hospitals Manado mengadakan kegiatan Health Talk dan Media Gathering, dengan menghadirkan pembicara dr. Rangga Bayu Valentino Rawung, SpOT (K) (Spesialis Ortopedi dan Traumatologi) Konsultan Sports Injury dan dr. Alfred Setiono, SpKFR (Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi) di Carpediem Cafe, Manado, Selasa (16/2925).
Kedua praktisi yang secara profesional menekuni bidang sports dan sports injury ini dihadirkan sebagai pembicara, mengingat tahun ini Siloam Hospitals Manado telah memiliki fasilitas layanan kesehatan terbaru, Sports Therapy Clinic, yang menyediakan berbagai layanan untuk membantu mencegah serta memulihkan cedera olahraga.
Pada pertemuan yang turut dihadiri Management Siloam Hospitals Manado, diantaranya Executiver Director, Prof Herman Karamoy; Hospitals Director, dr Liany Mokoginta; dan Head Business Division, Reza Richard Lonardy, kepada para awak media yang hadir, dr. Rangga menjelaskan secara detail konsep layanan Sports Injury (cedera olahraga) pada Sports Therapy Clinic Siloam Hospitals Manado.
“Saya ini dokter bedah tulang, yang kemudian mengkhususkan diri sekolah tambahan untuk menangani kasus cedera olahraga,” buka dr Rangga.
“Jadi kalau secara ortopedi umum, yang tidak menekuni sports injury, dia fokusnya, yang penting ditangani saja. Tetapi kalau saya, sebagai sports injury, saya memikirkan bagaimana dia bisa berolahraga kembali. Jadi bukan cuman sekedar bisa operasi, tapi memikirkan, apakah dia bisa kembali olahraga. Karena itu Sports Clinic dan dr. Alfred ada di Siloam Manado,” jelas dr. Rangga singkat.
“Kalau misalnya dia patah tulang, kemudian dipasang implan, kalau ortopedi, dokter cuma sampai disitu saja. Tapi saya sebagai dokter sports injury itu memikirkan apakah bisa dia kembali berlari atau tidak, Kemudian, kapan dia bisa kembali. Kalau dia atlet daerah, apakah dia masih bisa berprestasi nggak? Jadi bukan hanya sekedar pasang implan, setelah operasi selesai, tidak, saya memikirkan itu,” jelasnya lebih spesifik.
Namun demikian, sebagai Sports Surgeon, dr. Rangga memastikan bahwa tidak semua kasus cedera olahraga harus berakhir di ruang operasi.
“Bahkan, sebagai seorang Sports Surgeon, saya juga memikirkan, bisa nggak dia tidak perlu dioperasi. Jadi kalau dia cedera lutut, cedera engkel, apapun itu, bisa nggak dia tidak perlu dioperasi, karena sebagai surgeon (ahli bedah) ortopedi, kalau dia bisa tidak dioperasi, saya memilih untuk tidak dioperasi,” tandas dr Rangga.
Selanjutnya, saat presentasi sore itu, dr. Rangga mengungkapkan bahwa kasus cedera olahraga, sudah menjadi problem umum dikalangan para pegiat olahraga.
“Sejak saya mulai layanan (sports injury) mulai 2023, sampai hari ini, yang sudah dioperasi, totalnya mungkin ada sekitar 200 pasien. Jadi ternyata banyak,” ungkapnya.
Berdasarkan pengalaman kasus cedera olahraga yang ditanganinya, dr.Rangga mengatakan, “Kalau untuk kasus lari, yang sampai berakhir dengan tindakan operasi, sangat sedikit, nol,” sebutnya.
“Kasus cedera pelari yang paling sering saya tangani, itu ada namanya, Illio Tibial Band Syndrome (ITBS),” ujarnya.
ITBS adalah kondisi nyeri yang menyakitkan saat beraktivitas, disisi luar antara pinggul dan lutut, saat jaringan ikat (ligamen) menjadi sangat ketat sehingga menggosok tulang paha.
“Biasanya itu karena pelari yang masih baru memakai sepatu karbol, atau dia baru mulai lari, tapi dia mau langsung cepat dan jauh, dia iritasi didaerah itu. Ini Illio Tibial Band Syndrome,” terang dr. Rangga.
“Kasus cedera lainnya adalah peradangan didalam lutut, Sinovitis, biasanya karena overused (berlebihan), miles (jarak) larinya langsung jauh, atau berat badan juga, lutut jadi radang,” lanjutnya.
“Yang ketiga, cedera Achilles Tendinitis namanya,” sebut dr. Rangga.
Achilless Tendintis adalah tendon yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit kaki.
“Dia punya fungsi yang utama itu, supaya kita bisa jinjit. Berlari jauh (maraton) itu secara teori, yang paling aman itu, jika dia kena ditengah-tengah (telapak) kaki (midfoot), kalau sprinter (telapak) kaki bagian depan (forefoot), kalau jalan di bagian engkel kaki (hindfoot),” jelas dr. Rangga.
“Kadang-kadang, karena teknik larinya belum bagus, mereka ingin coba midfoot, tapi berat badan atau sepatu nggak pas, akhirnya bagian ini (achilles Tendinitis) overused, jadi radang,” terang dr. Rangga.
Selain layanan bedah cedera olahraga, Sports Therapy Clinic Rumah Sakit Siloam Manado juga memiliki layanan konsultasi pencegahan, terapi dan rehabilitasi cedera olahraga.
Sebagaimana yang disampaikan pembicara kedua, dr. Alfred Setiono, yang menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan dan terapi fisik, sebelum terjun di bidang olahraga tertentu.
“Jadi disini Sport Clinic Siloam Hospitals Manado itu menawarkan konsep, mempersiapkan orang-orang yang akan masuk ke olahraga,” singkat dr. Alfred.
“Mulai dari screening medical check-up, untuk masalah jantung, terus secara fisik apakah ada gangguan, seperti, telapak kaki datar (flat foot) atau telapak kaki berlekuk tinggi (high arch), atau mungkin penggunaan sepatu yang tidak tepat,” jelasnya.
“Program edukasi terkait porsi program latihan, supaya tidak berlebihan, sesuai dengan kemampuan fisik, sesuai dengan kemampuan jantung dan paru,” lanjutnya.
“Kita juga menawarkan konsep, bagaimana mengkondisikan dan mengatur program latihan, apakah itu interval, tempo, ataupun tipe run yang sesuai,” kuncinya.
Selain itu, dr. Alfred juga menyampaikan adanya konsep terapi bila didapati adanya indikasi cedera olahraga.
“Jika sudah ada terindikasi ada masalah, seperti Illio Tibial Band, disitu kita evaluasi kembali, apakah mungkin rotasi sepatu, atau mungkin over training atau mungkin porsi interval latihan terlalu dekat. Disitu kita kondisikan dengan rehabilitasi, apakah menggunakan pereda nyeri atau therapy sports massage, untuk mempercepat proses penyembuhan,” jelas dr. Alfred.
“Kita akan mengedukasi pasien, bagaimana proses recovery, bagaimana proses nutrisi, kemudian bagaimana melakukan terapi-terapi fisik, dan jika diperlukan, misalnya ada satu dan lain hal gangguan di ligamen atau otot, ataupun tulang, kita juga bisa berkonsultasi dengan dr. Rangga sebagai dokter sporta ortopedi,” tambah dr. Alfred.
“Jadi itu menjadi kesatuan yang lengkap di (Sports Therapy Clinic) Siloam Manado, mulai dari nutrisi, conditioning sebelum race dalam proses trainning, mencegah cedera dan cedera dengan kemungkinan operasi,” rangkum dr. Alfred.
Hadirnya Sports Therapy Clinic di Rumah Sakit yang merayakan ulang tahun-nya yang ke-13 pada tanggal 1 Juni 2025 yang lalu dengan tema “Breakthrough”, menandai pencapaian dan inovasi Siloam Hospitals Manado dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dalam koridor layanan kesehatan yang lebih luas, sebagai bentuk komitmen untuk terus menghadirkan terobosan dalam layanan, kualitas, dan inovasi di bidang kesehatan, serta menjadi bagian dari setiap pemulihan pasien.