Scroll untuk baca artikel
Example 360x360
Example 728x250
BeritaPolitik

Bawaslu Sulut Tegaskan Praktik Politik Uang Merusak Tatanan Demokrasi

1622
×

Bawaslu Sulut Tegaskan Praktik Politik Uang Merusak Tatanan Demokrasi

Sebarkan artikel ini
Oplus_131072
Example 468x60

Manado, SUDARA.ID – Mahasiswa sebagai kelompok intelektual memiliki pemahaman keilmuan dan dapat turut berperan mengawal demokrasi dalam Pilkada Serentak 2024.

Hal ini dikatakan Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Pemilu) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Erwin Sumampouw saat menjadi narasumber, dalam kegiatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulut “Goes To Campus” Sosialisasi Tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tahun 2024 bertempat di Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), Jumat (27/9/2024).

Example 300x600

“Mahasiswa adalah rekan kerja Bawaslu dalam melakukan pengawasan pemilihan serentak ini. Teman-teman harus berperan aktif mengawasi Pilkada bersama Bawaslu,” ujarnya.

Baca juga:   PSU Talaud, Bawaslu Sulut Siap Mengawasi

Menurut Koordinator Divisi SDM, Organisasi dan Diklat Bawaslu Sulut ini, langkah kecil yang bisa diambil mahasiswa, misalnya melalui media sosial, membantu Bawaslu dengan cara mengkampanyekan larangan seperti anti politik uang dalam Pilkada.

“Praktik politik uang dalam Pemilu maupun Pilkada dapat merusak tatanan demokrasi. Akar korupsi pejabat itu biasanya dimulai dari politik uang dalam Pilkada, dan tindakan kecil kita akan menyelamatkan demokrasi di indonesia. Jika kita permisif terhadap politik uang, justru merusak tatanan demokrasi kita,” tegas Sumampouw.

Baca juga:   Perempuan Pulau Pari Mengeluh Upaya Menjaga Laut dan Pesisir Tak Digubris Pemerintah

Lanjut mantan Anggota Bawaslu Minahasa ini, perlunya mahasiswa dalam tahapan pilkada saat ini, untuk melihat visi-misi calon, bukan hal yang lainnya.

“Kecenderungan mendahulukan hal yang viral-viral justru tidak baik. Untuk itu karena mahasiswa adalah kelompok intelektual, maka perlu utamakan melihat visi-misi calon,” terangnya.

Ia pun mengajak mahasiswa menjadi agen pengawasan partisipatif, perlunya kecerdasan memfilter informasi yang ada di media sosial.

Baca juga:   130 Prajurit TNI Diterjunkan Bantu Normalisasi Pascaerupsi Gunung Ruang

“Informasi yang mengandung hoax dan ujaran kebencian. Patut disaring dulu sebelum di-share,” pungkasnya.

(*/zf)

Example 300250
Example 120x600
Example 300250 Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *